Pengendalian Hama Secara Hayati (Biologis)


Secara umum pengertian pengendalian hama secara biologi/hayati adalah penggunaan makhluk hidup untuk membatasi populasi organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Makhluk hidup dalam kelompok ini diistilahkan juga sebagai organisme yang berguna yang dikenal juga sebagai musuh alami, seperti predator, parasitoid, patogen. Dalam hal penggunaan dan pengendalian mikroorganisme (termasuk virus), pengertian organisme yang berguna diperluas yaitu meliputi makhluk hidup termasuk yang bersel tunggal, virion, dan bahan genetik.
Menurut Rosichon, pengendalian biologi memiliki keunggulan lebih ramah lingkungan. Pasalnya, penggunaan insektisida dapat dikurangi bahkan tidak digunakan sama sekali. Kendati demikian, kunci dari pengendalian hama secara biologi adalah mengenal terlebih dahulu aspek biologi dari serangga itu sendiri. Aspek biologi dari serangga antara lain siklus hidup, umur, dan deskripsi masing-masing spesies. Informasi tersebut menjadi penting untuk menentukan saat yang tepat untuk pengendalian hama.Pengendalian hayati, walaupun usahanya memerlukan waktu yang cukup lama dan berspektrum sempit (inangnya spesifik), tetapi banyak keuntungannya, antara lain aman, relatif permanen, dalam jangka panjang relatif murah dan efisien, serta tidak akan menyebabkan pencemaran lingkungan. Dari uraian di atas, jelaslah bahwa musuh-musuh alami mempunyai peranan yang sangat besar dalam membantu kita untuk menekan perkembangan hama tanaman. Pengendalian hama yang hanya menggunakan pestisida saja dengan spektrum luas dan terus-menerus sebenarnya tidak baik dari segi ekologi. Oleh karena itu dalam pengelolaan hama, cara pengendalian hayati perlu ditingkatkan dan penggunaan pestisida hendaknya dilakukan secara bijaksana agar keseimbangan alami tidak terganggu. Hanya saja, kata Rosichon, kelemahan dari pengendalian biologi adalah penerapannya di level petani. Pengendalian biologi yang membutuhkan teknik khusus masih dikuasai para peneliti.
MUSUH ALAMI
Musuh alami merupakan pengendalian alami utama hama yang berkerja secara “tergantung kapadatan populasi” sehingga tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangbiakan hama. Musuh alami hama bisa berupa predator (pemangsa), parasitoid, dan patogen.
a.Predator (pemangsa)
Pemangsa adalah serangga atau hewan pemakan serangga yang selama masa hidupnya banyak memakan mangsa. Secara fisiologis, ciri pemangsa adalah bentuknya lebih besar dari mangsanya. Jenis pemangsa, antara lain kumbang, lalat, laba-laba, tawon, dan seranga-serangga kecil lainnya.
Aktivitas serangga pemangsa hama tanaman yang disebut musuh-musuh alami (predator dan parasitor),secara tidak langsung ikut membantu manusia khususnya petani dalam menekan perkembangan hama tanaman. Predator sebagai serangga liar yang berguna ini perlu mendapat perhatian kita karena seringkali akibat perbuatan manusia, jumlah musuh-musuh alami ini cenderung menjadi sedikit, bahkan musnah sama sekali. Kita sudah maklum bahwa hama tanaman merupakan salah satu penyebab rendahnya produksi tanaman. Penurunan hasil karena serangan hama dapat mencapai lebih dari 50%. Karena itu banyak dilakukan usaha-usaha untuk menanggulangi kehadiran hama tanaman. Usaha penanggulangannya dilakukan dengan berbagai cara, antara lain, yaitu dengan perbaikan cara bercocok tanam, menggunakan musuh alami, menggunakan pestisida, menanam varietas tahan, dan kombinasi dari cara-cara pengendalian tersebut. Semua orang mengira dan memang tidak kita sangsikan bahwa pestisida merupakan satu-satunya “alat” yang paling ampuh untuk mengendalikan serangan hama, terutama jika populasi serangga hama telah melampaui atau mencapai tingkat “ambang kerusakan ekonomi”, yaitu suatu tingkat serangan hama yang segera akan menyebabkan kerugian ekonomi apabila tidak dikendalikan. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa penggunaan pestisida yang berspektrum luas secara terus-menerus dan berlebihan ternyata dapat menimbulkan dampak negatif antara lain yaitu serangga hama menjadi lebih tahan, pencemaran lingkungan, bahaya langsung terhadap pemakai, bahaya residu terhadap manusia dan hewan peliharaan, serta akibat yang lebih serius adalah matinya serangga berguna seperti predator, parasitoid dan serangga penyerbuk, dan selanjutnya dapat menimbulkan terjadinya peningkatan populasi hama setelah penggunaan pestisida (resurgensi) dan terjadinya ledakan hama sekunder.
b. Parasitoid
Parasitoid adalah serangga yang sebelum tahap dewasa berkembang pada atau di dalam tubuh inang (biasanya serangga juga). Parasitoid mempunyai karakteristik pemangsa karena membunuh inangnya dan seperti parasit karena hanya membutuhkan satu inang untuk tumbuh, berkembang, dan bermetamorfosis.
.Parasitoid sering juga disebut parasit. Kebanyakan serangga parasitoid hanya menyerang jenis /hama secara spesifik.Serangga parasitoid dewasa menyalurkan suatu cairan atau bertelur pada suatu hama sebagai inangnya. Ketika telur parasitoid menetas, larva akan memakan inang dan membunuhnya. Setelah itu keluar meninggalkan inang untuk menjadi kepompong lalu menjadi serangga lagi.
Sebagian besar parasitoid ditemukan di dalam dua kelompok utama bangsa serangga, yaitu Hymenoptera (lebah, tawon, semut, dan lalat gergaji) dan bangsa Diptera (lalat beserta kerabatnya). Meskipun tidak banyak, parasitoid juga ditemukan pada bangsa Coleoptera, Lepidoptera, dan Neuroptera. Sebagian besar serangga parasitoid yang bermanfaat adalah dari jenis-jenis tawon atau lalat.
C.Patogen (mikroorganisme penyebab penyakit)
Cara pengendalian biologis lainya adalah menggunakan musuh alami patogen, yaitu makhluk hidup yang menjangkitkan penyakit pada inang. Dalam kondisi tertentu, seperti kelembapan yang tinggi secara alami, suatu organisme rawan terhadap serangan patogen. Patogen dapat dimanfaatkan untuk dijadikan musuh alami dari hama pertanian. Contoh patogen di antaranya, bakteri, virus, dan jamur.
Pengendalian Hayati Pada Tanaman Kopi
Dalam usaha pengendalian hama kopi, kebanyakan di perkebunan besar masih menggunakan pestisida sebagai alternative pertama. Usaha pengendalian hayati untuk hama pada tanaman kopi hingga saat ini belum banyak di lakukan. Sebenarnya metode pengendalian hayati sudah lama di rintis di Indonesia, tetapi belum di usahakan secara sungguh-sungguh. Di Indonesia, pengendalian hayati menggunakan predator, parasit, dan pathogen terhadap hama kopi yang pernah di lakukan tetapi tidak berhasil dengan baik.
MUSUH ALAMI HAMA PADA TANAMAN KOPI
1. Hypothenemus hampei Ferr
Merupakan hama utama pada pertanaman dan penyimpanan. Hama ini menggerek buah kopi yang masih muda sampai dengan buah matang. Serangga ini mempunyai tiga jenis musuh alami yang penting yaitu Prorops nasuta, Heterospilus coffeicola, dan Cephalonomia stephanoder
a. Prorops nasuta
Adalah serangga yang berwarna coklat kehitaman dengan antenna dan kaki berwarna coklat muda. Serangga ini berasal dari afrika. Beberapa ribu Prorops nasuta dewasa dilepaskan di kebun kopi, tetapi spesies ini tidak dapat berfungsi sebagai pengendali yang efektif karena tidak dapat meneruskan perkembangannya.
b. Heterospilus coffeicola
Serangga ini juga di import ke jawa, akan tetapi tampaknya kecil sekali kemungkinan sebagai pengendali yang efektif. Hal ini di sebabkan karena serangga dewasanya hidup bebas, sukar di biakkan di laboratorium dan membutuhkan buah yang terserang secara berturut-turut unutk mempertahankan hidupnya.
c. Cephalonomia stephanoderis
Merupakan parasit penting hama ini. Hampir 50% Hypothenemus hampei yang terdapat dalam biji hitam terparasit. Larvanya merupakan ectoparasit pada larva instant terakhir. Parasit ini mempunyai kemampuan yang besar dalam menurunkan populasi hama ini. Cephalonomia stephanoderis ini belum pernah di introduksi di Negara-negara untuk tujuan pengendalian hayati, tetapi di harapkan dan tampaknya memperlihatkan potensi untuk tujuan tersebut.
Selain ketiga serangga parasit dan predator tersebut, juga terdapat musuh alami berupa jamur yang pernah menyerang Hypothenemus hampei yaitu Brotrytis stephanoderis Bally, dan Specaris javanica Bally. Jamur-jamur ini biasanya di temukan pada larva Hypothenemus hampei, tetapi dapat pula membunuh imagonya dalam waktu yang singkat. Akan tatepi kelemahannya adalah jamur-jamur ini tidak dapat menyebar lebih jauh dari tempat infeksinya dan dapat menyebabkan kematian dalam jumlah besar. Jamur ini tidak efektif pada musim kemarau.
2. Coccus viridis
Dikenal sebagai kutu hijau yang banyak di jumpai di daerah tropis maupun sub tropis. Kutu hijau terdapat pada tanaman kopi hamper pada semua bagian tanaman yang hijau, tetapi terutama di dalam dompolan buah kopi dan pada bagian cabang dan batang yang masih muda.
Pada dasarnya kutu hijau mempunyai tiga kelompok musuh alami yang terdiri dari parasit Hymenoptera, predator dari ordo Lepidoptera, dan jamur. kurang lebih 11 spesies dari ordo hymenoptera merupakan parasit kutu hijau, dan yang paling di kenal adalah Coccophagus bogoriensis yang mampu membunuh sampai 70% populasi kutu hijau. Meskipun tidak ada laporan investasinya, tetapi musuh alami dari ordo hymenoptera dinilai sebagai factor pengendali yang menurunkan populasi kutu hijau terutama di musim kemarau.
Predator yang terpenting adalah Chilocorus melanophthalmus , akan tetapi pada kondisi yang menguntungkan predator-predator ini tidak dapat mencegah perkembangan koloni kutu hijau.
Selain predator dan parasit, ada juga jamur spesies pathogen yang merupakan factor penyebab kematian kutu hijau. Jamur-jamur ini membentuk penutup putih pada serangga yamg terbunuh kemudian memproduksi ikatan benang-benang putih di sekeliling daun. Cephalosporium lecanii adalah jamur yang paling dominant yang muncul pada saat kondisi lembab.jamur ini merupakan musuh utama yang menyebabkan kematian, terutama pada musim hujan. Penyebaran jamur ini di Bantu oleh semut. Di India , jamur ini di laporkan dapat membunuh 90% dari populasi kutu hijau selama musim hujan.

~Pengendalian Hayati~

Share:

3 Comments